Pagi itu aku berangkat sekolah dengan wajah kusut,bibir sedikit manyun,mata berlinang, badan terasa lemas,dan berjalan dengan kepala menunduk karena aku tidak mau memperlihatkan mataku yang bengkak karena nangis semalaman. Memang tak aneh bagi teman-temanku jika aku seperti itu. ”berantem lagi sama pacar kamu ya Rin? Udah jangan difikirin nanti juga baikan lagi” hanya kalimat itu yang terlontar dari mulut mereka jika melihat aku seperti itu. Namun kali ini beda, tepat dihari ke 250 kita pacaran, kita resmi p-u-t-u-s. Sakit rasanya jika kita harus berpisah dengan orang yang kita cintai dan kita sayangi. Mungkin ini yang namanya patah hati.
Wajah kusutku ternyata malah membuat Sandy, sahabatku dari kecil tertawa. Aku kesal padanya karena dia seolah-olah tak mengerti perasaanku saat itu.
“Rina, kamu lucu deh” ledek Sandy.
“apaan sih kamu! Nggak lucu tau! Aku kan lagi sedih”jawabku kesal.
Sandy memang sudah jadi tempat aku mengadu sejak dulu,
entah kebetulan atau apa, dari bangku TK sampai SMA kita ditakdirkan satu kelas. Dia tau aku kesukaanku apa dan aku juga tau kesukaannya apa. Dia tau segalanya tentangku dan aku juga tau segalanya tentangnya. Kita sering jalan-jalan bareng, ngerjain PR bareng, liburan bareng dan masih banyak lagi kegiatan yang biasa kita lakukan bersama-sama.Rasanya aku dan Sandy sudah memang benar-benar bestfriend, aku berharap sampai nanti di hari tua pun kita masih tetap bersahabat. Layaknya magnet yang selalu nempel kemana-mana.
entah kebetulan atau apa, dari bangku TK sampai SMA kita ditakdirkan satu kelas. Dia tau aku kesukaanku apa dan aku juga tau kesukaannya apa. Dia tau segalanya tentangku dan aku juga tau segalanya tentangnya. Kita sering jalan-jalan bareng, ngerjain PR bareng, liburan bareng dan masih banyak lagi kegiatan yang biasa kita lakukan bersama-sama.Rasanya aku dan Sandy sudah memang benar-benar bestfriend, aku berharap sampai nanti di hari tua pun kita masih tetap bersahabat. Layaknya magnet yang selalu nempel kemana-mana.
Tapi mungkin berbeda dengan Sandy terhadapku, aku tau dia sudah lama menyukaiku walaupun dia tak tau kalau aku sudah tau, karena teman dekatnya cerita kepadaku. Katanya, Sandy sudah memendam perasaan itu sejak duduk dibangku kelas 6 SD. aku bisa membayangkan sekuat apa rasa itu. Mungkin kalau aku jadi dia, aku tidak akan kuat.
Sandy tau aku sedang patah hati. setiap hari dia menghiburku, setiap hari dia mengajakku jalan-jalan, dan setiap hari juga dia membelikan makanan kesukaanku yaitu cokelat, hanya sekedar untuk melihat bibirku tersenyum. Disuatu hari dia mengajakku ke sebuah bukit hijau yang tak jauh dari rumah. Kita duduk-duduk disana sambil melihat pemandangan yang indah.
“Rin, aku lagi jatuh cinta”
“wah? Sama siapa?” aku kaget
“eemmh sama kamu”
Aku terkejut mendengar ucapannya, ternyata dia mengatakan sesuatu hal yang sangat sekali aku takutkan. Aku tak mungkin pacaran dengan sahabatku sendiri, apalagi kita beda agama. Dia Kristen sedangkan aku islam. Ya Tuhan apa yang harus kulakukan ... aku tak mau melukai perasaannya, karena aku tau dia sudah lama memandam perasaan ini bertahun-tahun.
Aku menarik nafas dan mulai bicara
“tapi... nggak mungkin Sandy”
“nggak mungkin kenapa? Aku mau pindah kepercayaan demi kamu”
Aku terdiam sejenak, menarik nafas kembali dan mulai bicara kembali.
“kita kaya magnet ya? Nempel terus kemana-mana” ucapku.
“iya” jawabnya.
“2 buah magnet akan bersatu apabila kedua kutubnya beda, jika ktub selatan di dekatkan dengan kutub utara maka akan bersatu”.
“maksud kamu apa?” ucap Sandy.
“Sandy kita ini beda, kamu kutub utara dan aku kutub selatan. Kalau kamu mau jadi kutub selatan maka kita nggak akan bersatu, kamu ngerti kan? Kita ini sudah bersahabat dari kecil. Apalagi kamu mau pindah kepercayaan bukan karana Allah tapi karena aku, itu ngga baik”
Sandy memejamkan mata dan mencoba mengolah perkataanku.
“benar juga apa kata kamu Rin” dia tersenyum.
Syukur alahamdulillah dia mengerti, terimakasih Tuhan Engkau telah memberikanku seorang sahabat yang luar biasa.
need more pressure yaa ~~
BalasHapus