laman

Selasa, 05 April 2011

Still Lovin' Him

“Plak!” terdengar sebuah tamparan keras dari tangan seorang lelaki muda terhadap pipi lembut seorang wanita,
“kamu jangan egois dong!” kata lelaki itu.
“ada juga kamu yang egois,semaunya sendiri,nggak menghargai perasaan orang lain!” wanita itu berkata dengan amat kencang sehingga membuat ibu kost terbangun dari tidurnya.
“nadiiiiiine ! apa-apaan kamu?! tengah malam begini bicara keras-keras!” ibu kost berteriak dari kamarnya.
(Hening).
“sebaiknya kamu pergi,sebelum ketahuan ibu kost ada seorang lelaki di kamar seoarang wanita!” Nadine berkata dengan  pelan.
“oke”  lelaki itu berbalik badan dan berjalan menuju jendela.
“tunggu revan!” Nadine menghentikan langkah mantan pacarnya itu.
“i love you” kata Nadine dengan suara lembutnya.
Revan berbalik badan dan menatap mata Nadine sejenak, lalu dia pergi tanpa berkata apa-apa seolah-olah dia tak mendengar apapun. Nadine menghela nafas, dia duduk di atas tempat tidur dengan fikiran kosongnya sampai tak merasakan air mata jatuh dari matanya yang indah itu.
                “semoga bahagia dengan kekasih barumu itu Revan...”  ucap Nadine dalam hati.

                7 bulan sudah ikatan Nadine dengan Revan sebagai pasangan kekasih putus, revan tidak tahu apa yang dirasakan Nadine saat ini, Nadine mersakan sakit begitu dalam atas penghianatan Revan kepadanya. Sementara itu, disisi lain Revan bergembira dengan nadia, kekasih barunya sejak 5 bulan lalu.
Nadia memang rada tomboy tapi dia sangat cantik, itu yang membuat Ravan taertarik padanya. Tapi terkadang tingkah Nadia dapat membuat ilfeel Revan, Revan mungkin tidak suka terhadap sifat Nadia.
                “nad kamu cantik deh” ujar Revan kepada nadia
                “ah kamu jangan gitu ah, aku naggak suka!” sentak Nadia
                “lho, kenapa?” Revan merasa heran
                “nggak suka aja” ucap nadia tanpa ekspresi
Revan terdiam, dia merasa bosan, gelisah, seolah-olah ada yang hilang dari dirinya.
                “Van... revan ... Revan...” nadia berusaha membangunkan revan dari lamunannya
                “kenapa sih diem terus, ngelamunin apa sih?”
                “eh maaf yang, aku lagi rada beta aja kefikiran sesuatu” ujar Revan  lurus
                “apa?” Tanya Nadia
                “nggak kok, pulang aja yuk! Aku bete jalan-jalan ditempat rame terus”
                Mereka menaiki mobil. Nadia hanya kebingungan melihat tingkah Revan. Diperjalanan, Revan masih tetap gelisah. Dia terfikirkan Nadine, dia mulai merasa kehilangan seseorang yang penting, seseorang yang berharga, seseorang yang berbeda dari yang lain, tapi ... rasa itu hilang ketika dia melihat wajah Nadia yang cantik itu, Revan tersenyum...
                 “aku nggak mau kehilangan kamu nad”
Revan meraih tangan Nadia dan menatap matanya, dia terus menatap matanya... tapi saat itu pula dia teringatkan Nadine lagi.. menyadarkan bahwa dia rindu terhadap tatapan mata Nadine yang indah,
                 “tatapannya...” ujar Revan pelan
                 Revan terpaku membayangkan tatapan mata indah Nadine, tatapi teriakan Nadia membuatnya sadar bahwa badannya telah berlumuran darah karena mobilnya menabrak sebuah pohon. Pada saat itu pula dia sadar bahwa tadi dia tidak menatap mata indah Nadine, melainkan menatap mata Nadia yang mugkin tudak lebih indah daripada mata Nadine.

                Sementara itu, Nadine yang kini sedang memfokuskan dirinya kepada urusan kuliah, merasa ada yang tidak beres, dia tak tenang... dia terfikirkan mantan kekasih yang masih Ia cintai. Rasa itu semakin kuat ketika suara sirine mobil ambulance melewati rumahnya,
                “ada apa ini, perasaanku nggak enak” ucap Nadine gelisah.
Entah siapa yang menyuruhnya pergi mengikuti mobil ambulance itu, mungkin malaikat...
seolah-olah kakinya sendiri yang membawanya pergi...
                mobil itu terhenti di sebuah rumah sakit, terlihat Nadia dan Revan berbaring diatas tempat tidur pasien yang dikelilingi dokter dan suster-suster.
                “maaf dok, Revan nggak kenapa-kenapa kan?” Tanya Nadine kepada dokter
                “Revan masih belum sadar,dia hanya perlu beberapa jahitan di kepalanya, tapi kalau pasien yang satu lagi ... “
                “Nadia dok, namanya Nadia!” Nadine memotong pembicaraan dokter.
                “ya Nadia, dia ... terancam tidak bisa melihat lagi, karena pecahan kaca masuk dan menusuk kedalam matanya.”
                Nadine kebingungan, dia tidak tahu apa yang harus dia perbuat...

                Keesokan harinya...
                Revan terbengun dari tidurnya, dia merasa ada yang memegang tangannya, dia menoleh kesampingnya, ternyata yang memegang tangannya itu adalah Nadine.
                “sedang apa kamu disini?” Revan melepas genggamannya
                “aku khawatir sama kamu”
                “apaan sih, sana pergi aku ngga butuh kamu!”
                “tapi... “
Revan beranjak dari tempat tidurnya. Dia menuju ke pintu kamarnya.
                “mau kemana kamu?”Tanya Nadine
                “aku mau lihat keadaan Nadia, pokoknya sebelum aku kembali kamu harus sudah pergi!”
Tapi Nadine tak menghiraukan kata Revan, dia tetap menuggu Revan.
                Beberapa menit kemudian Revan kembali dengan wajah sedih.
                “kenapa kamu masih disini!”
                “aku khawatir sama kamu, karena pasti kamu membutuhkan aku”
                “apa? aku nggak butuh perhatian dari kamu! Sampai kapanpun aku nggak sudi balikan sama kamu lagi! Kamu mungkin senang melihat pacarku cacat! Kamu memang nggak tau diri mengganggu hubungan orang” Revan emosi.
                “apa kamu bilang? Mengganggu? Ada juga pacar kamu yang mengganggu hubungan kita!” kalau nggak ada dia, mungkin sekarang kita baik-baik aja, nggak ada acara berantem-berantem kaya gini” Nadine juga emosi.
                “kita putus 7 bulan yang lalu, aku jadian sama Nadia 5 bulan yang lalu... dilihat dari waktunya aja pasti Nadia nggak mengganggu hubungan kita! Dulu kita putus cuma gara-gara kita udah nggak cocok aja!” sentak Revan.
                “tapi kamu naksir sama dia udah lama kan? Waktu kita masih jadian juga kamu udah naksir sama dia! Jangan cari-cari alasan deh! Kamu tuh tega ya, kamu rela mutusin aku cuma gara-gara kamu pengen ngedapetin dia yang mungkin wajahnya lebih cantik dari aku” Nadine menyentak Revan juga.
 Revan terdiam, dia menatap mata Nadine yang indah, dia merasa bersalah, lalu dia memejamkan matanya keras-keras dan bilang “maaf! Aku udah nggak butuh kamu, sana pergi!”
                Pertengkaran itu membuat mata indah Nadine mengeluarkan air mata lagi...

                Beberapa Minggu kemudian, Nadia mendapat anugerah dari tuhan, dia bisa melihat lagi karena ada seseorang yang mendonorkan mata untuknya.
                “matamu indah nad, aku suka” kata Revan.
                “kata dokter mata ini didonorkan oleh seorang wanita, dia masih ada dirumah sakit ini kok, aku juga mau bilang terimakasih sama dia” jawab Nadia.
                “oya ? aku juga harus berterimakasih sama dia, karena berkatnya aku bisa menatap mata kamu lagi, bahkan lebih indah” Revan merasa senang.
                Mereka saling menatap mata.
Terdenger dari ujung lorong, seorang suster berteriak minta tolong
                “tolong... tolong ... pasien dikamar ini kabur ...”
Revan dan Nadia mendekati suster itu.
                “emangnya pasiennya siapa sus?” Tanya Revan.
                “itu wanita yang mendonorkan matanya untuk Nadia, namanya...”
                “apa?” Revan memotong perkataan suster dan langsung pergi keluar mencari wanita itu karena ingin sekali mengucapkan terimakasih padanya.
                 Tak jauh dari rumah sakit, beberapa orang warga berkumpul memenuhi jalan,
                “hei minggir saya buru-buru nih! Kalian menghalangi jalan saya!” kata Revan.
                “udah tahu ada yang kecelakaan, wajar dong kita berkumpul! Ujar seorang warga.
                “iya, kasian mas korban langsung meninggal di tempat , apalagi dia nggak punya mata” salah seorang warga yang lain menambahkan.
                “apa? nggak punya mata? Mana saya lihat!”
                Revan terkejut melihat korban tabrak lari itu, seoranag wanita tanpa mata dengan memakai baju khas pasien rumah sakit, ternyata wanita itu adalah ... Nadine. Revan menangis,
“begitu besar pengorbananmu Nadine, maafkan aku”
Dia menangis kencang di depan Nadine,dia menggenggam tangan Nadine, di tangannya terdapat sebuah kertas yang berisi tulisan... di membacanya dengan suara pelan.
                “tatap terus mataku Revan, walaupun kita sudah pisah tapi aku mohon kamu masih mau menatap mataku... karena aku yakin hati kamu tenang jika kamu menatap mataku”

Revan berteriak “MAAF !!!!!!!!!! AKU EMANG SALAH !!! AKU MENYESAL !!! “
Revan terus menangis.




2 komentar: