Sederet bangku kayu coklat yang sudah ditempeli nomor peserta ujian kenaikkan kelas sudah rapi, lantai sudah bersih, tidak ada sampah dan tidak ada kebisingan. Ternyata aku datang paling awal di hari itu. Ku lihat kertas legitimasiku, disana tertera namaku, nomor peserta dan nomor ruang. Aku berusaha mancari dimana ruangan tempatku ujian dan dimana aku duduk nanti. Tepat di dekat kantin, ruang bernomor 4 sudah menantiku. Perlahan-lahan aku berjalan menuju kesana. Langkahku terhenti didepan sebuah jendela kaca ruang 4, disana tertera nama peserta kelas X dan kelas XI. Ku baca satu-persatu sederet nama dari kelas XI tersebut, aku tersenyum karena aku baru menyadari aku satu ruangan dengan laki-laki yang mirip artis Kevin Julio. Aku lebih bahagia lagi ternyata dia akan duduk disebelahku. Dag-dig-dug rasanya bisa duduk bersebelahan dengan kakak kelas laki-laki yang selama ini aku puja. Teman-temanku pasti akan iri padaku.
Pukul 07.15 WIB bel berbunyi, saat dimana aku mulai bertempur dengan soal matematika, fisika dan ekonomi. Ketegangan di wajahku semakin terlihat. Ku menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya pelan-pelan.
“boleh pinjam pensilnya Dek?”
OH MY GOD si ganteng bicara padaku. Aku memberikan pensilku dengan agak salah tingkah. Dari situ aku tahu ternyata sebuah kalimat bisa membuat otak orang tak konsen mengerjakan soal-soal ujian.
Jam pertama sudah berakhir. Lanjut ke mata pelajaran selanjutnya, Fisika.
Dan lagi suara itu terdengar di telingaku.
“boleh pinjam penghapusnya Dek?”
OH MY GOD suaranya membuat memory rumus-rumus yang semalam kuhafal jadi hilang.